Home
Info
Sejarah...
Geografi...
Struktur Sosial...
Pemimpin Rakyat...
Pariwisata...
Bisnis...
Forum
Chat
Daftar Kata-kata
Daftar Buku
Links
Baca Buku Tamu
Teken Buku Tamu

Mohon bantu
dengan
sumbangan





Home >>Sejarah Minahasa >>Sejarah Garis Waktu

Sejarah Garis Waktu

1630
Click to enlarge
Tulis Nama di
Tondano (pernikahan lama)
Anak Lingkan Wene yang bernama Mainalo Wula’an dinikahkan dengan gadis asal Tanawangko. Hasil perkawinan mereka membuahkan anak laki-laki yang kemudian dinamakan Mainalo Sarani. Kelak menanjak dewasa, Mainalo Sarani diberi gelar Muntu-Untu sementara istrinya di beri gelar Lingkan Wene.
Muntu-Untu dan Lingkan Wene dibabtis menjadi Kristen oleh Missionaris asal Spanyol bernama Ordo Fransiscan. Kemudian mereka memperoleh status sebagai Raja Manado.
Simon Kos, seorang Belanda, pejabat VOC di Ternate memasuki tanah Minahasa dibawah pengaruh Spanyol. Kos melaporkan hasil perjalanannya kepada Batavia yang waktu itu menjadi pusat pemerintahan dibawah kekuasaan persekutuan dagang, ‘Verenigde Oost-Indiesche Compagnie.”
Click to enlarge
Batavia thn 1730
Kos melaporkan bahwa Sulawesi Utara cukup potensial, baik lahan maupun posisi letaknya strategis sebagai jalur lintas rempah-rempah dari perairan Maluku menuju Asia-Timur.
Kehadiran Belanda dan Inggris sebagai adi-kuasa di perairan Maluku memberi angin bagi para walak tanah Minahasa untuk mengusir Spanyol dari Minahasa dengan melakukan pendekatan kepada pihak Belanda yang telah menguasai Ternate setelah berhasil menyingkirkan kekuatan Portugis diperairan Maluku.
Pendekatan terjadi ketika tiga kepala walak masing-masing: Supit, Paat‚ dan Lontoh‚ melakukan misi diplomasi dan berhasil menemui perwakilan VOC diTernate pada 1630.

1634
Click to enlarge
Maluku
Perang di Maluku dimana VOC mencoba menyelenggarakan monopoli cengkeh dengan cara kekerasan. Dengan bantuan mitra lokal persediaan untuk konsumen lain (penyelundupan secara VOC) dicegah dan perkebunan cengkeh dimusnahkan.
Tindakan keras VOC tersebut menyebabkan banyaknya perlawanan dengan penduduk Hitu dan menimbulkan pertempuran yang berdarah. Hitus mendapatkan bantuan dari raja Ternate dan sultan dari Gowa.
Makassar di Gowa adalah pusat perdagangan penting di Celebes (Sulawesi) Selatan dimana bumbu didagangkan diluar VOC.

1637
Van Diemen melakukan aksi keras terhadap pasukan Ternate di Hoamoal (di Seram).

1645
Kepala-kepala walak Minahasa, Umbo (Tonsea), Lonta’an (Kakaskasen), Lumi (Tomohon), Taulu (Wenang), Kalangi (Ares), Posuma (Tombariri), Sawij (Jurubahasa), memakai perahu raja Siaw untuk berlayar ke Ternate. Mereka ingin menjalin kerjasama dengan V.O.C Belanda. Orang–orang Minahasa ini jelas bukan golongan Walian, mereka adalah kepala-kepala Walak dan Kepala Walak Minahasa adalah dari golongan Tona'as.

1648
Spanyol kehilangan dominasi terhadap Laut Sulawesi antara penguasa Spanyol dengan Belanda di Eropa melalui Perjanjian Munster.

1651
Perang antara Belanda dan Portugal dilanjutkan. Di Ceram-Barat (Hoamoal) pemberontak-penberontak dari Ternate membunuh 150 orang anggota VOC dengan istri dan anak-anak mereka.
Spanyol mengirim Bartholomeus de Soisa dari Filipina untuk mempertahankan posisi Sulawesi-Utara terutama tempat penghuni masyarakat Minahasa.
Spanyol menduduki daerah Uwuran dan beberapa tempat dipesisir pantai dengan bantuan prajurit asal Makassar. Karena yang terakhir ini mengklaim Sulawesi-Utara sebagai bagian dari wilayah kesultanan Makassar.

1655
Arnold de Vlamingh dari Outshoorn (1608-1661) mengakhiri perang di Maluku dengan paksaan. Hoamoal di Ceram-Barat dihancurkan dan penduduk-penduduknya diusir ke Ambon. Ternate juga dihukum
Orang Belanda di Minahasa lebih kuat dibanding Spanyol.
Pendudukan Espanyol di Minahasa menimbulkan reaksi Belanda di Ternate. Dibawah pimpinan Simon Kos, pada akhir tahun Belanda mendarat secara paksa di muara sungai dan langsung mulai membangun benteng.

1658
Pembangunan Benteng ‘De Nederlandsche Vastigheit’, dari kayu-kayu balok sempat menjadi sengketa sengit antara Spanyol dengan Belanda. Kos berhasil meyakinkan pemerintahannya di Batavia bahwa pembangunan benteng sangat penting untuk mempertahankan posisi Belanda di Laut Sulawesi. Dengan menguasai Laut Sulawesi, posisi Belanda di Maluku akan aman terhadap Spanyol.

1660
Untuk mengurangi produksi berlebihan penanaman cengkeh di Ambon dikontrol mulai saat itu. Penanaman dan pemanenan di kontrol ketat, pohon yang kelebihan di cabut.

Februari 1661
Awal tahun 1661, dengan bantuan sepenuhnya dari Batavia, Kos berlayar dari Ternate menuju Manado disertai dua kapal perang Belanda, Molucco dan Diamant. Kekuatan ini mengalahkan orang Spanyol dan Makasar hingga ke Manado dan Amurang.

1662
Spanyol mundur dari Ternate dan Tidore.


1630 - 1672



© 2004 by Roderick. All rights reserved.write comments to: